Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juli 2017

Rumahku

Aku terhenti di sebuah perjalanan

ketika dunia mengheningkan waktunya

langkahku tak sanggup kompromi

Denyut tubuh menari-nari

kilauan-kilauan cahaya menghitam

Menembus kegelapan mataku

Diam-diam ku bermimpi

terasa jiwaku ingin pergi

menjeritpun tak berdaya
Aku rindu dengan

Rumahku.

Minggu, 18 Juni 2017

"Manis"

Bola matamu ada dalam mataku

Seperti cermin selalu Memantul menimbulkan rasa

Saat bersamamu

Waktu adalah musuhku

Dan bersamamu

Aku seperti semut

dalam toples gula"

Muhammad Haris

Minggu, 14 Mei 2017

Di Bawah Cakrawala Pukul Enam Sore.

Senja telah menemaniku dalam kehidupan, meski ia sesaat namun tetap akan kembali lagi.

Cakrawala, menghitam, di dalam hariku yang penuh kerinduan

 Membekukan diri merenung dan memahami

Alam telah menjadi tempat yang terbuka untuk semua gelisahku.
Dalam hidup, yang penuh tanya ini, sembari menunggu hadirmu..
di bawah cakrawala, pukul enam sore.


Muhammad Haris.

Juwita Malam

"ku panggil dia juwita
dari sebuah kisah
jauh dalam realita
Terlahir kenangan bersamnya.

ku panggil dia juwita
Wanita yang anggun lagi santun
bayangnya tak pernah pudar
sungguh Juwita berhati mulia

ku panggil dia juwita
wanita dari dimensi mimpi".

Rabu, 22 Maret 2017

Kebebasan miliknya 13 April 2017

Sore hari di bawah lentera cakrawala

Melihat burung-burung terbang menghempaskan sayapnya

Berkicau, merdu dan menenangkan

Terbang bergerak bebas

Kuliahat ia dari jauh.

Melewati rumahku.

13 April 2018

Kamis, 26 November 2015

Pemusik di atas Panggung

  
 Rasa ketidakyakinan

menyatu dalam getaran

mata yang selalu tajam

buram di hadapanya

jemari yang tadinya diam

kini kesasar liar tanpa arah

aku  juga si dia

maju tanpa henti

hingga akhirnya

telapak tangan

menjadi satu

membuat getaran

hilang entah kemana

Sabtu, 21 November 2015

Pecundang

Dalam lipatan kain itu
kau bersarang
merayap hingga ke sela-sela kasur ku yang kusut
dengan syair-syair indah mu yang penuh
Teka-teki hingga kau seperti dewa.

ketika aku merenung
menjelajahi diri pada langit
agar matahari kembali terang
dan bintang kembali gemintang
bagai pahlawan kesiangan kau datang
hingga lebur dalam legenda

kawan,
disini aku mulai gelisah
melihat sedikit sketsa kejayaan cinta silam
terbungkus rapih dalam bingkai-bingkai naluri
sebab bidadari tak nampak lagi

mengapa tak takut dosa ?
bukankah kau tahu Tuhan ada dan tidak diam ?
cinta tetap lah cinta
tapi cinta mempunyai batas dan aturan

atau
karena kau berharta hingga tak beretika ?
ataukah kau hanya pecundang ?
tak bisa melayangkan sedikit nalar

tengadahkan wajah hingga langit bergetar
semoga Tuhan menyayangimu disetiap ruang dan waktu